Oleh: Bustanol Arifin*
ilustrasi foto: freepik |
HIDAYATULLAHJABAR.COM - - Dalam salah satu sabdanya, Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kita untuk senantiasa bertutur kata yang baik lagi benar:
“Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam.”
(H.R: Bukhari dan Muslim).
Perintah
ini termasuk dalam pemilihan kosakata, intonasi, tempat dan waktu berbicara.
Hal ini menjadi penting, agar interaksi atau hubungan kita dengan sesama tetap
harmonis dan menyelamatkan kita dari siksa Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Selain
hadis Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, Alquran secara tersurat
juga membimbing kita sekaligus memberikan contoh bagaimana bertutur kata yang
baik tersebut.
Pertama,
dengan Qaulan Layyina.
Bertutur kata dengan lemah lembut, sejuk, sopan, penuh keramahan dan berakhlak
mulia. Tidak kasar dan lantang, tidak mengandung unsur cacian, kekerasan,
olok-olok, paksaan dan lain sebagainya.
Kedua,
dengan Qaulan Karima.
Perkataan dengan Qaulan Karima sasarannya adalah orang yang sudah lanjut usia
termasuk kedua orang tua kita. Perkataan mulia, penuh tatakrama, penghormatan
dan penghargaan, tidak menggurui khususnya pada orang yang lebih tua dan tidak
beretorika yang berbelit.
Ketiga,
dengan Qaulan Maisyura.
Berasal dari kata yasr, yang artinya mudah. Bertutur menggunakan
perkataan ini berarti kosakata dan pesan yang hendak kita sampaikan itu
sederhana, familiar, mudah dimengerti tanpa harus berfikir dua kali.
Keempat,
dengan Qaulan Ma’rufa
mengandung arti perkataan yang baik. Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengartikan
dengan tutur kata baik yang sesuai dengan norma, nilai serta budaya kita, tidak
menyinggung atau menyakiti perasaan lawan bicara kita.
Kelima,
dengan Qaulan Sadida.
Memiliki arti perkataan yang tegas, benar, jujur, meyakinkan, tidak sombong dan
tidak berbelit-belit. Artinya, perkataan kita tidak mengandung kebohongan,
penipuan, rayuan gombal atau jebakan bagi orang lain.
Keenam,
dengan Qaulan Balingha.
Perkataan yang berkesan atau membekas dalam diri seseorang. Bertutur dengan
bahasa yang langsung pada permasalahan serta disesuaikan dengan kamampuan
intelektual dan status sosial lawan bicara kita.
Demikianlah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya mengajari kita cara menjadi
sosok manusia paripurna, berakhlak mulia melalui tutur kata. Sayyidina Ali
pernah berkata: “Perkataan itu menggambarkan kepribadian seseorang.”
Oleh
karenanya, membiasakan lisan kita menuturkan kata-kata baik dan menjaganya dari
perkataan keji dan mungkar merupakan manifestasi iman kita kepada Allah dan
Rasul-Nya. Pepatah mengatakan: sebaik-baik perkataan adalah yang sedikit tapi
berarti. Wallahu a’lam [ ]
*penulis
adalah pengagum & penikmat tulisan dan pengumpul gagasan. Tulisan lainnya
dapat disimak klik disini
Red:
admin
Editor:
iman