Rakornas Perekonomian Hidayatullah Diramaikan dengan Diskusi Peluang Bisnis dan Studi Lapangan



HIDAYATULLAHJABAR.COM--BANDUNG– Bidang Perekonomian Hidayatullah menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-V Tahun 2025 selama dua hari di Golden Flower Hotel, Bandung, Jawa Barat, pada 12–13 Sya’ban 1446 H, yang bertepatan dengan 11–12 Februari 2025.


Rakornas bertema “Aktivasi Hidayatullah sebagai Jaringan Bisnis” ini dihadiri oleh pengurus Departemen Perekonomian DPP Hidayatullah, pengurus Departemen Perekonomian tingkat wilayah, pengurus badan usaha tingkat pusat, serta aktivis bidang ekonomi Hidayatullah dari seluruh Indonesia.


Ketua Bidang Perekonomian Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Wahyu Rahman, menyampaikan bahwa mereka yang diberi amanah dalam bidang perekonomian harus menggaungkan gerakan ekonomi sebagaimana gerakan tarbiyah dan dakwah.


“Ini harus menjadi perhatian. Kita gaungkan gerakan ekonomi ini sebagaimana gerakan tarbiyah dan dakwah—harus fokus dan bekerja keras,” ujarnya.


Salah satu hal penting yang ia tekankan adalah bagaimana membangun sistem yang semakin kokoh agar dapat mencapai target perekonomian nasional.


Selain itu, ia juga mengajak untuk senantiasa bersyukur atas setiap pencapaian, sekecil apa pun, termasuk dengan membuat laporan perkembangan kegiatan perekonomian secara rapi dan berkala.


“Sebagai bentuk rasa syukur, alangkah indahnya jika kita melaporkan kegiatan secara rapi dan berkala,” tegas Wahyu.


Ia juga mengingatkan bahwa waktu sangat terbatas, mengingat Musyawarah Nasional (Munas) Hidayatullah semakin dekat.


“Waktu kita sangat singkat. Munas sebentar lagi, karena itu kita harus bekerja keras, jangan berleha-leha. Seorang pebisnis harus sangat menghargai waktu, berkomitmen, dan konsisten,” pungkasnya.


Pada kesempatan itu, Rakornas juga menghadirkan narasumber seorang pengusaha, Darman Trunajaya.


Menurut Darman, atau yang akrab disapa Datu, salah satu sektor usaha yang masih memiliki peluang besar adalah bisnis tisu.


“Saat ini, hampir di semua tempat menggunakan tisu, seperti di rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, warung, dan rumah makan,” ujar Datu.


“Di hotel-hotel, baik di dalam maupun luar negeri, tisu juga digunakan sebagai alat pembersih, termasuk dalam hal kebersihan setelah buang air,” imbuhnya.


Sebagai seorang profesional yang pernah bekerja di salah satu perusahaan kertas dan tisu terbesar di dunia, Darman menegaskan bahwa bisnis tisu memiliki pasar yang sangat luas.


“Jangan takut tersaingi, rezeki itu dari Allah dan sudah ditentukan masing-masing,” katanya.


Pemilik merek tisu Tata, Selsa, dan Toscana ini pun menawarkan kerja sama dengan Hidayatullah.


“Silakan, jika Hidayatullah ingin membuat brand sendiri, saya siap membantu,” pungkasnya.


Sebelum acara ditutup, Ketua Departemen Keuangan DPP Hidayatullah, Saiful Anwar, menyampaikan beberapa rekomendasi hasil Rakornas.


Di antaranya, Departemen Ekonomi di wilayah dan kampus utama Hidayatullah diminta untuk berfokus dalam menjalankan dan menyukseskan seluruh program perekonomian sebelum Musyawarah Nasional Hidayatullah 2025, demi terwujudnya “Kemandirian Jamaah dan Organisasi Menuju Tegaknya Peradaban Islam.”


Rekomendasi lainnya mencakup pendirian Badan Usaha Milik Organisasi (BUMO) dengan metode duplikasi BUMO pusat maupun keagenan, serta mengembangkan usaha sesuai dengan potensi yang dimiliki.


Selain itu, juga penekanan pendirian unit usaha berbasis halaqah/syirkah di setiap wilayah dan kampus utama.


Studi Lapangan



Setelah acara ditutup, seluruh peserta Rakornas melakukan studi lapangan ke Paragon Corp Bandung, perusahaan kosmetik halal terbesar di Indonesia.


Rombongan berjumlah 45 orang itu diterima oleh Muhammad Farhan (Kepala DC Bandung), Muhammad Rizal Pratama (Area Business Leader Bandung-Sukabumi), dan Elan Permata (B2B Management).


Selain itu, juga hadir Dwi Lesmana (External Relation), Nur Fitri A. S (HR DC Bandung) dan Dian A. P (HR DC Bandung).


Elan Permata, perwakilan manajemen Paragon Technology and Innovation, menyampaikan bahwa sejarah brand Wardah tidak lepas dari Hidayatullah. “Yang memberi nama Wardah adalah santri dari Hidayatullah,” ujarnya.


Peserta pun antusias berdialog dengan manajemen Paragon, membahas peluang sinergi dan kolaborasi antara perusahaan tersebut dengan para pelaku bisnis di lingkungan Hidayatullah.


Salah satu peserta dari Kalimantan Timur menanyakan bahan kosmetik yang dipakai oleh Wardah. “Saya dari Kalimantan Timur Pak, kami mempunyai lahan yang luas, barangkali bisa dimanfaatkan untuk ditanami salah satu bahan kosmetik,” ujarnya.


“Salah satunya aloe vera (lidah buaya), Pak,” ujar Dwi Lesmana.


Peluang kerja sama ini pun terbuka lebar, menandai langkah strategis dalam memperkuat jaringan bisnis berbasis nilai-nilai Islam.


Perlu diketahui bahwa PT Paragon Technology and Innovation  adalah perusahaan kosmetik nasional yang memproduksi dan mendistribusikan berbagai merek kosmetik. Perusahaan ini  didirikan oleh Nurhayati Subakat pada tahun 1985 dan terus melakukan inovasi dengan produk-produk yang berkualitas tinggi. 


Adapun produk-produk perusahaan ini meliputi Wardah, Make Over, Emina, Kahf, Labore, Putri, Crystallure, IX, dan Biodef. Selain itu, juga ada Instaperfect, Biodev dan OMG.


Menurut Elan, sebuah perusahaan harus mempunyai nilai-nilai atau value untuk membantu perusahaan dalam membangun budaya kerja dan mencapai tujuan.


“PT Paragon Technology and Innovation  mempunyai nilai-nilai perusahaan yaitu ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan dan inovasi,” pungkas Elan.


Studi lapangan ini ditutup dengan doa dan ungkapan syukur dari panitia. “Alhamdulillah, masya Allah apalagi kami diberi oleh-oleh beberapa pruduk Kahf,” ujar Abdul Wahid, ketua panitia Rakornas.


Admin: Dadang Kusmayadi