![]() |
foto: istimewa |
HIDAYATULLAHJABAR.COM, BANDUNG - Perjalanan panjang perjuangan pembebasan Palestina, khususnya Baitul Maqdis, dari cengkeraman penjajah menjadi fokus utama dalam kajian yang disampaikan oleh jurnalis senior dan aktivis kemanusiaan, Ustadz Dzikrullah W. Pramudya. Bertajuk "Kabar dari Negeri Para Nabi, Tanah Suci dan Diberkahi Palestina", kajian yang diselenggarakan di aula Pesantren Hidayatullah Cimuncang Bandung pada Jumat (2/5/2025) ini berhasil menghadirkan perspektif historis yang mendalam tentang perjuangan pembebasan Palestina.
Sejarah
Panjang Pembebasan Baitul Maqdis
Dalam
paparannya, Ustadz Dzikrullah yang juga dikenal dengan panggilan akrab Babeh
Dzikru menjelaskan kronologi sejarah Baitul Maqdis yang telah mengalami
berbagai fase penguasaan dan pembebasan sepanjang sejarah.
"Baitul
Maqdis pernah dikuasai oleh Raja Romawi, Heraclius kemudian berhasil dibebaskan
oleh Khalifah Umar bin Khattab. Berikutnya saat perang Salib terjadi maka
Shalahuddin Al Ayyubi kembali membebaskan Baitul Maqdis," terang aktivis
kemanusiaan dari Sahabat Al Aqsa ini.
Babeh
Dzikru melanjutkan, kondisi Palestina saat ini merupakan kelanjutan dari proses
historis yang dimulai pada masa Perang Dunia I.
"Namun,
sudah 108 tahun lebih atau sejak tahun 1917, dalam Perang Dunia I, Inggris
merebut Palestina dari Kesultanan Utsmaniyah. Dalam Deklarasi Balfour pada 2
November, Inggris menjanjikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi yang
kemudian mendirikan negara Israel," jelasnya Ustadz Dzikrullah yang juga Ketua
Departemen Hubungan Antarbangsa Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah
Mengapa
Pembebasan Membutuhkan Waktu Panjang?
Pertanyaan
reflektif yang diajukan oleh Ustadz Dzikrullah mengenai durasi penjajahan yang
telah berlangsung selama lebih dari satu abad memancing pemikiran kritis para
peserta kajian.
"Maka
sejak itu hingga sekarang Baitul Maqdis dijajah dan dikuasai Israel. Mengapa
hingga 108 tahun? Apakah Allah tidak bisa membuat Palestina merdeka dalam satu
malam? Jawabnya, bisa! dan Allah ingin kaum muslimin bisa ambil peran untuk
berjihad agar Palestina merdeka," terang aktivis yang pernah tergabung
dalam misi kemanusiaan Kapal Mavi Marmara ini.
Penjelasan
tersebut mengisyaratkan bahwa situasi berkepanjangan yang dialami Palestina
memiliki dimensi spiritual yang mengajak umat Islam untuk berperan aktif dalam
proses pembebasan tersebut.
“Salah
satu hikmahnya supaya kaum muslimin ikut berjihad dalam membebaskan Palestina,”
terangnya Pendiri Yayasan Sahabat Al Aqsha (SA)
Signifikansi
Palestina dalam Islam
Babeh
Dzikru tidak hanya berbicara tentang aspek historis, tetapi juga menekankan
pentingnya pemahaman tentang nilai spiritual dan keistimewaan Palestina dan
Baitul Maqdis bagi umat Islam.
"Kaum
muslimin khususnya para pemuda Islam untuk lebih serius memahami dan mengetahui
tentang keutamaan (keistimewaan) negeri Palestina dan Baitul Maqdis. Sebab 2/3
Al Qur'an bicara tentang Baitul Maqdis lalu dari 25 Nabi, 19 nya lahir dan
besar di Baitul Maqdis," ujar Wartawan senior majalah Suara Hidayatullah
Fakta-fakta
yang disampaikan tersebut menegaskan signifikansi Palestina sebagai tanah yang
memiliki kedudukan khusus dalam tradisi Islam, bukan hanya dari perspektif
politik atau geografis, tetapi juga dari sisi spiritual dan teologis.
Tiga Ruh
Perjuangan Gaza
Dalam
kajiannya, Ustadz Dzikrullah juga menginspirasi para pemuda dengan menyampaikan
tiga nilai fundamental yang menjadi kekuatan penduduk Gaza dalam menghadapi
penjajahan. Ketiga nilai tersebut disebutnya sebagai "ruh" yang
menjadi motor penggerak perjuangan.
"Yang
pertama ruhul ibadah. Bagaimana menjadikan teladan penduduk Gaza dalam hal
ibadah khususnya shalat. Kemudian yang kedua, ruhul Qur'an. Bagaimana
menjadikan Al Quran bukan sekedar bacaan, tetapi sahabat utama. Kita dapat
saksikan banyak anak-anak Gaza begitu akrabnya dengan Al Quran bahkan sudah
hafal 30 juz sejak belia," ujarnya memberikan semangat.
Tidak
berhenti di situ, Babeh Dzikru menambahkan elemen ketiga yang melengkapi dua
nilai sebelumnya. "Yang terakhir, yaitu ruhul jihad. Babeh Dzikrullah pun
menceritakan tentang kondisi sosial di Gaza dimana apa pun kesibukannya maka
hanya satu tujuan yakni mengusir penjajah Israel," jelasnya.
Ketiga
nilai tersebut - ruhul ibadah, ruhul Qur'an, dan ruhul jihad - diharapkan dapat
menjadi inspirasi bagi pemuda Muslim di Indonesia untuk berkontribusi dalam
perjuangan pembebasan Palestina sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Seruan
Kepada Generasi Muda
Mengakhiri
kajiannya, Ustadz Dzikrullah memberikan pesan khusus kepada para pemuda
Hidayatullah yang hadir. "Untuk itu kita siapkan generasi terbaik yang
mudah-mudahan menjadi bagian dari upaya membebaskan Palestina dari penjajah
Israel maka khususnya para pemuda harus menjadi laki-laki 100%," ajak
penulis buku “Pelayaran Berdarah Menuju Gaza” ini.
Seruan
tersebut mengajak generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab dalam
konteks global, khususnya dalam isu Palestina. Persiapan generasi yang tangguh,
berkarakter, dan memiliki integritas dianggap sebagai kunci dalam upaya
pembebasan Palestina di masa depan.
Antusiasme
Peserta
Kajian
yang dihadiri oleh ratusan kader Hidayatullah Bandung Raya ini berlangsung
dengan penuh antusiasme. Para peserta menunjukkan ketertarikan mendalam
terhadap materi yang disampaikan, terbukti dengan keaktifan mereka dalam sesi
dialog yang digelar setelah paparan utama.
Ustadz Dzikrullah (tengah kopiah hitam) bersama pengurus Hidayatullah Bandung ( foto: istimewa)
Acara
yang berlangsung dengan khidmat ini ditutup dengan sesi foto bersama antara
Ustadz Dzikrullah dengan para peserta kajian. Momen ini sekaligus menjadi
simbol kebersamaan dan solidaritas dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Dampak
Kajian
Kajian
yang disampaikan oleh Ustadz Dzikrullah diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
dan kepedulian yang lebih besar di kalangan pemuda Muslim, khususnya kader
Hidayatullah, terhadap perjuangan rakyat Palestina. Lebih dari sekadar
menggugah simpati, kajian ini bertujuan untuk mendorong aksi nyata yang
berkontribusi pada upaya pembebasan Palestina.
Dengan
memahami dimensi historis, spiritual, dan nilai-nilai perjuangan yang
diteladankan oleh penduduk Gaza, para pemuda diharapkan dapat mengambil
inspirasi dan menerapkannya dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari,
sekaligus berkontribusi dalam upaya global untuk mendukung kemerdekaan
Palestina. [ ]
Red: iman sahid
Editor: dadang kusmayadi