Menjemput rezeki dari Allah dengan berjualan (foto: istimewa) |
HIDAYATULLAHJABAR.COM - - Besok mau makan apa? Mau nikah, duitnya dari mana? Kalau punya anak mau makan apa? Kalau sudah punya banyak anak harus beli rumah, harus punya mobil? Dari mana kita mendapatkan uang? Dan untuk pendidikan mereka ketika mereka dewasa, seperti apa jadinya?
Memikirkan berbagai hal yang belum terjadi seperti
di atas akan menimbulkan keresahan dalam pikiran dan jiwa manusia. Jika terus
dibiarkan, hal ini akan membuka peluang bagi iblis untuk mengikis dan
melemahkan iman.
Ketahuilah bahwa semua kebutuhan itu adalah urusan
Allah. Dia yang telah menciptakan semua makhluk, Dia pula yang akan menyediakan
bagi semua makhluk itu rezeki-Nya.
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Dan tidak
satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah
rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua
(tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS: Hud:6)
Jadi jangan khawatir, yang perlu adalah kembali
kepada Allah, percaya kepada-Nya dengan amanah yang benar, pasti Dia akan
menyelesaikan apa pun urusan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi
ﷺ bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada
Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung
mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan
kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”(HR: Ahmad dan Tirmidzi)
وَّيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ ؕ وَمَنۡ يَّتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسۡبُهٗ ؕ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمۡرِهٖ ؕ قَدۡ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ قَدۡرًا
“..dan Dia memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu.” (QS: Ath-Thalaq:3)
Itulah keyakinan, fondasi yang kokoh, untuk menjadi
prinsip hidup, yang dengannya kedamaian akan didapatkan. Dengan ketenangan
pikiran itu, kehidupan dibangun berdasarkan ajaran Allah dan teladan Rasul-Nya,
hingga garis finis!
Sampai hari pertemuan kembali dengan Alla Subhanahu
Wata’ala. Itulah sebenarnya arti kebahagiaan, tidak hanya di dunia ini,
tetapi juga di akhirat yang merupakan cita-cita setiap manusia.
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ
ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى
وَٱدْخُلِى جَنَّتِى
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jama’ah/golongan hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam Surga-Ku.” (QS: al-Fajr: 27-30).
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Nabi ﷺ bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai
persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia
mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia
mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih
baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (HR: Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675)
Khawatir dan Cemas
Di antara serangan iblis terhadap manusia adalah
dengan menanamkan rasa takut dan khawatir yang berlebihan. Hal ini membuat
manusia terkena penyakit “Wahn” yaitu cinta dunia dan takut mati.
Jadi iblis akan menanamkan kecintaan dunia, mulai
memberikan lebih banyak waktu untuk dunia, untuk mencintai harta benda secara
berlebihan dan mengejarnya, sampai melupakan Allah. Setelah itu manusia
kemudian meninggalkan tugas dan lari dari tanggung jawab.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ سَبْرَةَ بْنِ أَبِى فَاكِهٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ: إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لاِبْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ, فَقَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ: “تُسْلِمُ وَتَذَرُ دِينَكَ وَدِينَ آبَائِكَ وَآبَاءِ أَبِيكَ؟” فَعَصَاهُ فَأَسْلَمَ. ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْهِجْرَةِ, فَقَالَ: “تُهَاجِرُ وَتَدَعُ أَرْضَكَ وَسَمَاءَكَ؟ وَإِنَّمَا مَثَلُ الْمُهَاجِرِ كَمَثَلِ الْفَرَسِ فِى الطِّوَلِ.” فَعَصَاهُ فَهَاجَرَ ثُمَّ قَعَدَ لَهُ بِطَرِيقِ الْجِهَادِ, فَقَالَ: “تُجَاهِدُ فَهُوَ جَهْدُ النَّفْسِ وَالْمَالِ فَتُقَاتِلُ فَتُقْتَلُ فَتُنْكَحُ الْمَرْأَةُ وَيُقْسَمُ الْمَالُ.” فَعَصَاهُ فَجَاهَدَ.. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ -عَزَّ وَجَلَّ- أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ …
“Diriwayatkan dari Sabrah bin Abi Fâkih z berkata,
Rasûlullâh ﷺ berkata, “Sesungguhnya syaitan duduk
untuk menghalang-halangi seorang anak Adam dari berbagai jalan. Syaitan duduk
menghalangi jalan untuk masuk Islam. Syaitan berkata, ‘(Apakah) kamu masuk ke
dalam Islam dan kamu tinggalkan agamamu, agama bapak-bapakmu dan agama nenek
moyangmu?’ Anak Adam tersebut tidak mentaatinya, kemudian dia masuk Islam.
Kemudian syaitan pun menghalangi jalan untuk berhijrah dan dia berkata,
‘(Apakah) kamu akan berhijrah dan kamu meninggalkan bumi dan langitmu?
Sesungguhnya perumpamaan orang yang berhijrah adalah seperti kuda yang diikat
dengan tali.’ Kemudian anak Adam tesebut tidak mentaatinya dan terus berhijrah.
Kemudian syaitan duduk untuk menghalangi jalan untuk berjihad. Syaitan berkata,
‘(Apakah) kamu akan berjihad? Jihad itu adalah perjuangan dengan jiwa dan
harta. Engkau berperang, dan nanti kami terbunuh, istrimu akan dinikahi (oleh
orang lain) dan hartamu akan dibagi-bagi.’ Kemudian anak tersebut tidak
mentaatinya, kemudian terus berjihad.” Kemudian Rasûlullâh ﷺ berkata, “Barang siapa yang melakukan hal
tersebut, maka Allâh berkewajiban untuk memasukkannya ke dalam Surga.” (HR: an-Nasa’i)
Karena itu miliki keinginan yang kuat untuk selamat
di akhirat. Jangan lalu tertipu oleh godaan setan, dan lawan keinginan hawa
nafsu dengan hal-hal berikut:
- Perbanyak
dzikrullah
- Isi
hidupmu dengan pengabdian kepada Allah sampai maut memisahkan kita.
- Sadarilah
bahwa Allah telah memberikan rezeki bagi seluruh makhluk-Nya.
- Sesungguhnya
dunia adalah persinggahan sementara.
- Dunia
akan fana.
- Kita
diciptakan oleh Allah untuk menjadi hamba-Nya.
- Serahkan
semua masalah hidup kepada Allah, semua akan terselesaikan.
- Rezeki,
kematian, ketentuan baik atau buruk bagi kita masing-masing telah
ditentukan oleh Allah. tentu ada hikmahnya, terimalah dengan ridha.
Pikirkan apa yang mesti kita buat untuk meraih
janji Allah. Yakni, kebahagiaan di akhirat. Jangan kita sibuk memikirkan apa
yang sudah Allah sediakan untuk kehidupan kita di dunia! Wallahu’alam .[ ]
Sumber: hidayatullah.com
Red: admin
Editor: iman