Oleh: Abdullah al-Mustofa*
Generasi muda muslim sedang diskusi di alam terbuka ( ilustrasi foto: freepik) |
HIDAYATULLAHJABAR.COM - - Mari kita kenali tanda-tanda Allah Swt menghendaki kebaikan pada diri kita. Beberapa tanda tersebut ada yang buruk dalam pandangan dan menurut perasaan manusia.
Dengan
mengenali tanda-tandanya, insya Allah bisa membantu diri kita dan orang-orang
terdekat dengan kita tidak larut dalam kesedihan jika mendapatkan “keburukan”,
yang sejatinya merupakan tanda Allah Swt menghendaki kebaikan. Sebaliknya, kita
merasa bahagia, lebih dari itu kita bisa bersabar, ridha dan bersyukur.
Mengenai
tanda-tanda bahwa Allah Swt menghendaki kebaikan pada seseorang, Rasulullah ﷺ telah memberikan penjelasan. Rasulullah ﷺ bersabda,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa
yang Allah kehendaki kebaikan Allah menjadikan dia paham dalam agama.” (HR: Bukhari dan Muslim).
إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا و إذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة
“Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Allah menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, Allah menahan adzab baginya akibat
dosanya, sampai Allah memberikan adzab secara penuh pada hari Kiamat.” (HR: At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari
Anas bin Malik).
إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له
عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله
“Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.” Para
sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal?” Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallamﷺ bersabda, “Dibukakan untuknya amalan
shalih sebelum meninggal, hingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha
kepadanya.” (HR: Imam
Ahmad).
من يرد الله به خيرا يصب منه
“Barangsiapa
yang Allah hendaki kebaikan, Allah menimpakan padanya musibah.” (HR:
Bukhari).
Demikian
pula para ulama salaf telah menjelaskan
hal ini, di antaranya Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah dan
Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi rahimahullah, yang merupakan seorang ulama hadits
dan salah seorang dari Tabi’in. Imam Ibnu al-Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah
menuturkan dalam kitabnya yang indah Al-Wabilush Shayyib (hlm. 7), yang
artinya:
“Barangsiapa
yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah membukakan untuknya pintu
rendah diri, ketidakberdayaan, selalu memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala
dan terus-menerus merasa butuh kepada-Nya. Ia menyadari aib-aib, kebodohan dan
kezalimannya. Di samping itu, ia menyadari karunia, ihsan, rahmat,
kedermawanan, kebaikan, kekayaan dan kedudukan yang terpuji dari Rabbnya. Maka
orang yang mengenal (Allah) akan berjalan menuju kepada Allah dengan kedua
sayap (sikap) ini. Dia tidak mampu berjalan kecuali dengan keduanya. Ketika
salah satu dari keduanya hilang, maka dia bagaikan seekor burung yang
kehilangan salah satu sayapnya.”
Di
dalam dua kitab lainnya, yakni Al-Fawaid (hlm. 99) dan Thariqul Hijratain (hlm.
277), beliau juga memberikan penjelasan
mengenai hal ini, yang artinya: “Jika
Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia menjadikannya mengakui
dosanya, menahan diri dari membicarakan dosa orang lain, dermawan dengan apa
yang dia miliki, tidak menginginkan apa yang dimiliki orang lain, dan sabar
menghadapi gangguan orang lain. Jika Allah menghendaki keburukan baginya, Dia
memberikan kebalikan dari semua keadaan itu.’’
”Sesungguhnya
jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia mencabut dari hatinya
untuk memandang sempurna amal-amal shalehnya dan menceritakan amal-amal shalehnya
kepada orang lain. Selain itu Allah menjadikannya sibuk memperhatikan dosanya.”
Muhammad
bin Ka’ab al-Quradhi rahimahullah berkata dalam kitabnya Shifatush Shafwah
(2/78), yang artinya: “Jika Allah
menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Allah menjadikannya memiliki tiga
tabiat yang terpuji: paham dalam agama, zuhud terhadap dunia dan memperhatikan
aib-aibnya.”
Semoga
kita termasuk hamba-hamba Allah Swt yang Dia kehendaki kebaikan, meskipun
sebagian di antara tandanya merupakan “keburukan”.
·
Penulis
adalah pelayan di Pusat Kajian Strategis Pendidikan Islam Indonesia (PKSPII)
Kampung Inggris Jawa Timur
Sumber:
Hidayatullah.com
Redaksi: admin